Oleh: Ragid Sulh El-Khaleej Emirat
Dalam merespon tindakan Israel menggunakan dokumen Eropa dalam pembunuhan Mahmud al-Mabhuh, pejabat-pejabat Eropa sangat berhati-hati. Dalam responnya, ada isyarat tidak langsung mereka menuding peran Israel dalam pembunuhan. Meski sikap Eropa memberikan kepada pejabat Israel sebuah tangga untuk turun (meminta maaf). Sebelumnya , Israel menuruni tangga sejenis ketika mereka meminta maaf kepada UNRWA karena mengebom kantornya dalam agresi ke Gaza . Kemungkinan besar dalam kejadian-kejadian di masa mendatang, peristiwa-peristiwa ini akan terulang dengan format yang sama.
Katrin Asyton, pejabat tinggi Uni Eropa untuk hubungan luar negeri menyebutkan bahwa pembunuhan al-Mabhuh tidak mendukung perdamaian di Timur Tengah. Lebih penting dari itu dari prespektif Eropa, pembunuhan yang menggunakan dokumen passport Eropa sama saja dengan menampar keras peran Eropa dalam proses perdamaian tdi Timur Tengah. Selain itu, aksi pembunuhan itu menjadi pukulan menyakitkan bagi peran Eropa di tataran dunia internasional, pada saat Uni Eropa untuk berubah dari era “raksasa ekonomi dan kekerdilan politik” – seperti sebutan sejumlah kalangan – kepada era “raksasa dunia di bidang ekonomi dan politik sekaligus.” Buruknya lagi, Israel menggelar aksi pembunuhan itu pada saat pihak luar negeri Eropa sedang bekerja untuk proyek besar tersebut.
Kemungkinan besar Eropa akan cenderung memilih solusi kedua. Kenapa? Padahal pertimbangan ini berpihak kepada kepentingan Israel . Kecenderungan ini lebih efektif setelah kelompok kiri tradisional Eropa yang lebih dekat dengan sikap-sikap bangsa-bangsa Arab gagal dalam memperebutkan posisi di sana dan setelah naiknya kiri Eropa “kelompok Blair” – Tony Blair – yang lebih simpati kepada Israel . Di tambah lagi fenoma meningkatnya imigran Arab ke Eropa, aksi teroris yang dinisbatkan kepada Al-Qaidah di sejumlah negeri Eropa, kampanye media pendukung Israel dan rasis anti Arab. semua ini membuat perubahan situasi dan kondisi di Eropa yang berpihak kepada Israel .
Perkembangan sikap Eropa yang memihak kepada kepentingan Israel sampai pada tahap mempengaruhi presepsi Arab terhadap Uni Eropa. Ketika presiden Italia Pralskoni mendeklarasikan kampanye besar penggabungan ke Uni Eropa, ketika Khafier Solana yang pada saat itu menjadi pejbat hubungan luar negeri Uni Eropa mengumumkan bahwa Israel adalah anggota Uni Eropa, ketika Tony Blair kandidat Uni Eropa mengumumkan bahwa Benjamen Netanyahu membangun negara Palestina menuju puncak, artinya ketika pejabat Eropa berhijrah membela Israel, maka sangat sulit bisa meyakinkan opini Arab bahwa “raksasa ekonomi Eropa” akan bisa obyektif terhadap bangsa Arab ketika mereka berubah menjadi raksasa politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggal kan komentar setelah membaca.