28 Februari 2010

Watak Yahudi Dibalik Agresi Gaza

Dr. Fayez Abu Syamalah
Kelicikan yahudi mungkin berada di belakang berita yang disusupkan oleh wartawan Ben Kasbet di harian Maarev. Ia mengatakan, “Pada saat agresi ke Gaza, Olmert, PM Israel saat itu, mengungkap ada manuver dari lawan politiknya. Menurutnya, Menhan Israel Barack memapatkan data-data tidak valid soal jumlah kerugian jika pasukan Israel terus melanjutkan operasi ke jantung Gaza, atau menguasai perbatasan Jalur Gaza dan Mesir, juga data-data tidak valid soal waktu untuk mencapai target Israel. PM Israel saat itu yakin bisa memanfaatkan peluang yang hanya sekali ini ada untuk memukul habis Hamas. Namun di hari-hari terakhir agresi, PM Olmert menyadari tidak mungkin melanjutkan perang. Ia mengalah dan perang dihentikan.
Boleh saja kita simpulkan bahwa agresi Israel ke Jalur Gaza gagal dengan pengumuman resmi Israel. Namun yang lebih jauh dari itu adalah pengakuan Israel bahwa ada agresi tambahan beberapa hari yang diambil PM Israel namun Menhannya tidak yakin perang bisa mewujudkan tujuannya. Menurut penulis, ini indikasi Israel pertama bahwa ada intervensi dari luar dalam agresi Gaza. Siapakah pihak luar yang miliki kepentingan dan ingin melanjutkan perang hingga Hamas habis?
Itulah rahasia yahudi yang menguasai dada Olmert. Ia menuding Menhannya menipu dan menyesatkan dirinya sebagai PM. Jika itu benar, Israel saat ini menghadapi penghianatan besar-besaran yang melibatkan Menhan Israel sendiri. Hanya orang gila yang percaya ini. Karenanya, Menhan Israel ini buru-buru menjawab dan menampik tudingan Olmert. Penasehat media Menhan menegaskan, Menteri Keamanan dan jajaran eksekutor yang bekerja di bawahnya bertindak sesuai dengan keputusan pemerintah dan bekerja secara profesional. Hasil agresi yang membuktikan itu. Secara pribadi, penulis tidak meragukan ini, sebab Barack hingga kini masih menjabata menjadi Menhan. Sementara PM Israel saat ini adalah Netanyahu yang lebih ekstrim dari Olmert yang tidak segan-segan mengagresi Gaza kalau ia tahu bahwa itu mudah dilakukan.  
Statemen Olmert yang menampik dirinya ragu-ragu dan bingung saat agresi berlangsung sebenarnya bertujuan memperkuat kepercayaan diri pasukan Israel. Apalagi, setahun setelah agresi setelah ternyata Israel menghadapi kekuatan yang menggentarkan. Ia barangkali bertanya, kemana era militer Israel yang disegani? Kemana nasib Israel jika berusaha melewati gerbang Beirut atau Damaskus untuk menggelar agresi baru? (bn-bsyr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggal kan komentar setelah membaca.